a. Judul
:
Habis Gelap Terbitlah Terang
b. Penerbit : PT
Balai Pustaka (Persero)
c. Pengarang : Armijn
Pane
d. Harga
buku :
Rp 35.000,00
e. Tahun
terbit :
2008
f. Ukuran
buku/tebal buku : 267
halaman
g. ISBN :
979-407-063-7
h. Cetakan
:
26
Ringkasan/isi buku yang diresensi
Raden
Ajeng Kartini dilahirkan di Pesisir Utara Pulau Jawa tepatnya yaitu kota Jepara
pada tanggal 21 april 1879. Beliau adalah seorang putri dari Bupati Jepara saat
itu yang bernama Raden Mas Adipati Sosroningrat dan merupakan cucu dari Bupati
Demak yang bernama Ario Tjondronegoro. Pada era Kartini yaitu abad 19 akhir dan
20 awal perempuan-perempuan dinegeri ini tidak boleh memiliki kebebasan dalam
berbagai hal, baik dalam hal pendidikan maupun dalam hal menentukan jodoh atau
suaminya sendiri, Kartini yang terlahir sebagai seorang perempuan yang tidak
bisa memiliki pilihan apapun dengan ditambahnya perbedaan perlakuan terhadap
saudara-saudara laki-lakinya dan juga teman-temanya serta kaum perempuan Belanda
yang membuatnya merasa iri pun semakin meningkatkan tekad nya untuk merubah
kebiasaan tersebut.
Pada
zaman era kartini sangat terasa sekali diskriminasi yang terjadi kepada kaum
perempuan, kartini saja yang notabene adalah seorang anak bupati hanya
diperbolehkan untuk sekolah sampai tingkat sekolah dasar saja yang saat itu
bernama Europes agree School (E.L.S) apalagi untuk anak-anak yang orangtuanya tidak
memiliki kedudukan seperti orangtua kartini.
Waktu
demi waktu telah berlalu, kartini kecil pun telah berubah menjadi dewasa
sehingga mengharuskan beliau untuk dipingit didalam rumah pada saat itu usianya
menginjak 12 tahun hingga tiba saatnya untuk menikah karena didaerahnya ada
sebuah adat yang melekat bahwa seorang gadis perempuan pamali untuk berpergian
dan melakukan aktivitas diluar rumah secara bebas seperti pada waktu beliau
masih kecil dulu. Hal ini tentu sangat menyiksa bagi diri kartini, dengan
adanya hal ini tentu langkah-langkah beliau semakin terikat dan terbatas,
disini semangat kartini mulai merasa goyah dan tidak sekuat dahulu. Kartini
berjuang seorang diri dalam memperjuangkan hak-hak perempuan agar setingkat
lebih maju dari pada keadaan yang
sekarang, banyak pertentangan yang dihadapi oleh kartini dari
orang-orang disekitarnya dikarenakan adat dan budaya yang melekat begitukental
sehingga sangat sulit untuk menerima perubahan yang ada. Setiap suka duka yang
dirasakan kartini selalu beliau ceritakan kepada sahabat-sahabatnya yang berada
di Belanda. Hanya dengan tulisan dan goresan tangannyalah kartini dapat
mencurahkan isi hatinya, surat demi surat kartini kirimkan kepada para
sahabatnya .
Waktu
luangnya sering ia gunakan untuk membaca buku-buku, beberapa buku yang sering
ia baca sehingga bisa merubah cara pandang dan berpikirnya diantaranya yaitu
membaca surat kabar Semarang De Locamotief yang diasuh Pieter Brooshooft, buku
karangan Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan juga buku-buku karya
perempuan-perempuan pejuan Eropa. Beliau mulai berpikir betapa tertinggalnya
kaum wanita sebangsanya bila dibandingkan dengan kaum wanita lain di benua
Eropa. Sejak saat itu beliau memiliki tekad yang kuat untuk memajukan wanita
sebangsanya sendiri yaitu Indonesia, banyak cara yang dapat dilakukan untuk
memajukan kaum perempuan didaerahnya diantaranya melalui pendidikan. Kartini
mulai membuka pendidikan secara gratis tanpa dipungut biaya sepersenpun atau
dengan Cuma-Cuma didaerahnya yaitu Jepara. Sekolah tersebut diperuntukkan bagi
kaum perempuan, disini mereka diajarkan berbagai ilmu dan keterampilan seperti
menyulam, menjahit dan memasak. Bahkan demi mewujudkan cita-cita nya tersebut
Kartini berkeinginan untuk mengikuti sekolah guru di negeri Belanda melalui
jalur beasiswa yang diberikan oleh pemerintah hindia Belanda. Tetapi
cita-citanya itu tidak memperoleh dukungan dan izin dari orang tua Kartini
sehingga pada saat itu Kartini dinikahkan dengnan seorang Bupati Rembang bernama
Raden Adipati Joyodiningrat. Kartini merasa beruntung bisa memiliki seorang
suami yang memiliki sikap ramah dan lemah lembut serta mendukung keinginan
Kartini. Berbagai rintangan tidak menyurutkan semangatnya, bahkan pernikahan
sekalipun. Setelah menikah, dia masih mendirikan sekolah diRembang disamping
sekolah di jepara yang sudah didirikannya sebelum menikah.
Namun
sayang perjuangan kartini tidak bisa bertahan lama karena takdir berkata lain,
Kartini meninggal diusia muda yaitu pada usia 25 tahun setelah melahirkan anak
pertamanya dan sekaligus terakhirnya yang bernam R,M Soesalit, lahir pada
tanggal 13 september 1904. Beberapa hari kemudian, tepatnya pada tanggal 17
september 1904, Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun. Jenazah Kartini
dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Apa
yang dilakukan Kartini dengan sekolah itu kemudian diikuti oleh wanita-wanita
lainnya dengan mendirikan ‘sekolah Kartini’ ditempat masing-masing seperti di
Semarang, pada tahun 1912, kemudian berlanjut di Surabaya, Yogyakarta, Malang,
Madiun dan Cirebon.
Tujuan
dalam buku tersebut adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan perjuangan
R.A Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita serta meningkatkan kedudukan
wanita Indonesia. Selain itu agar kaum wanita khususnya, dapat termotivasi
untuk meningkatkan kualitas diri pribadinya untuk menjadi sosok wanita yang
tidak hanya terkungkum pada adat istiadat ataupun pekerjaan rumah tangga saja .
Agr
bisa mengapresiasi generasi muda terhadap para Pahlawan Nasional Indonesia.
Agar kita bisa lebih mengenal dekat sosok pahlawan dan dapat meneladani
perilakunya sebagai cermin dalam menjalani kehidupan pada hari ini dan masa
yang akan datang.
Bisa
menambah pengetahuan tentang jasa para pahlawan. Bahasanya mudah dipahami dengan
ejaan dan diksi yang jelas. Selain itu penjelasan dan penyampaian ceritanya
sangat menarik dan menyentuh hati setiap pembacanya dan buku ini sangat
menginspirasi banyak orang khususnya dikalangan wanita untuk bisa menjadi
manusia yang lebih berjiwa kepemimpinan.
Sampul
buku kurang menarik dan beberapa kalimat dalam cerita tersebut terlalu
bertele-tele sehingga menyulitkan pembacanya. Dan disertai gambar yang tidak
berwarna sehingga terkesan monoton.
Menurut
saya Kartini merupakan figure wanita cerdas dan berbudi luhur, Kartini sangat
mengerti tentangnya budi pekerti, beliau juga beraggapan bahwa orang yang
cerdas belum tentu mempunyai budi pekerti yang baik. Sebagai pemikir, penggagas
dan pendidik. Kartini memiliki wawasan yang luas dan dalam melintasi batas
agama, gender, budaya, bahkan zaman. Bisa kita bayangkan bagaiman sulitnay
hidup menjadi kaum perempuan pada zaman Kartini, kita harus bersyukur bisa
hidup pada masa-masa sekarang ini dimana kaum perempuan sudah boleh berdiri
sejajar dengan kaum lelaki dan tidak ada deskriminasi, semua itu dikarenakan
perjuangan seorang Kartini yang tak pernah gentar dan putus asa. Sebagai
generasi perempuan penerus bangsa kita tidak boleh menyia-nyiakan perjuangan
yang telah dilakukan oleh Kartini, walaupun terlahir sebagai seorang perempuan
kita harus bisa bangkit dan berdiri sejajar dengan kaum lelaki. Apalagi diera
zaman globalisasi seperti sekarang ini telah banyak kaum perempuan diluar sana
yang menjadi pemimpin dan pendorong gerakan perubahan didunia ini. Oleh karena
itu kita jangan mau diperbudak oleh kemajuan zaman, namun yang harus kita ingat
adalah kodrat kita sebagai seorang perempuan, setinggi apapun jabatan kita dan
seberapa besarpun kekuasaan kita, wanita adalah wanita yang harus menjunjung
tinggi kesopanan, keramahan, dan kelemahlembutan. kerjaan rumah tangga saja .
Agar
bisa mengapresiasi generasi muda terhadap para Pahlawan Nasional Indonesia.
Agar kita bisa lebih mengenal dekat sosok pahlawan dan dapat meneladani
perilakunya sebagai cermin dalam menjalani kehidupan pada hari ini dan masa
yang akan datang.
Bisa
menambah pengetahuan tentang jasa para pahlawan. Bahasanya mudah dipahami dengan
ejaan dan diksi yang jelas. Selain itu penjelasan dan penyampaian ceritanya
sangat menarik dan menyentuh hati setiap pembacanya dan buku ini sangat
menginspirasi banyak orang khususnya dikalangan wanita untuk bisa menjadi
manusia yang lebih berjiwa kepemimpinan.
Sampul
buku kurang menarik dan beberapa kalimat dalam cerita tersebut terlalu
bertele-tele sehingga menyulitkan pembacanya. Dan disertai gambar yang tidak
berwarna sehingga terkesan monoton.
Menurut
saya Kartini merupakan figure wanita cerdas dan berbudi luhur, Kartini sangat
mengerti tentangnya budi pekerti, beliau juga beraggapan bahwa orang yang
cerdas belum tentu mempunyai budi pekerti yang baik. Sebagai pemikir, penggagas
dan pendidik. Kartini memiliki wawasan yang luas dan dalam melintasi batas
agama, gender, budaya, bahkan zaman. Bisa kita bayangkan bagaiman sulitnay
hidup menjadi kaum perempuan pada zaman Kartini, kita harus bersyukur bisa
hidup pada masa-masa sekarang ini dimana kaum perempuan sudah boleh berdiri
sejajar dengan kaum lelaki dan tidak ada deskriminasi, semua itu dikarenakan
perjuangan seorang Kartini yang tak pernah gentar dan putus asa. Sebagai
generasi perempuan penerus bangsa kita tidak boleh menyia-nyiakan perjuangan
yang telah dilakukan oleh Kartini, walaupun terlahir sebagai seorang perempuan
kita harus bisa bangkit dan berdiri sejajar dengan kaum lelaki. Apalagi diera
zaman globalisasi seperti sekarang ini telah banyak kaum perempuan diluar sana
yang menjadi pemimpin dan pendorong gerakan perubahan didunia ini. Oleh karena
itu kita jangan mau diperbudak oleh kemajuan zaman, namun yang harus kita ingat
adalah kodrat kita sebagai seorang perempuan, setinggi apapun jabatan kita dan
seberapa besarpun kekuasaan kita, wanita adalah wanita yang harus menjunjung
tinggi kesopanan, keramahan, dan kelemahlembutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar